Mengintip Feasibility Study Kereta Cepat Indonesia
Saat buka X, tidak sengaja menemukan tweet yang berdebat tentang butuhnya High Speed Railway di Indonesia. Tweet pertama, merasa menggunakan semi-High-speed railway di Indonesia sudah cukup karena akan lebih murah dan tepat sasaran (walau tanpa data yang mumpuni). Sedangkan, tweet kedua mengutarakan High Speed railway di Indonesia sudah benar karena ada back up data Feasibility Study dari JICA.
Sebelum beropini tentang perlu atau tidaknya kereta cepat, rasanya membahas Feasibility study ini lebih menarik. Dari dulu memang selalu penasaran, dasar apa sih yang membuat pemerintah Indonesia sangat ingin membangun High Speed Railway di Indonesia?
Kenapa Feasibility Study itu penting ?
Buat saya yang awam dengan investasi ekonomi, saya juga baru belajar bahwa Feasibility Study ini penting untuk membantu pemilik proyek untuk tetap melanjutkan, membatalkan atau mengubah rencana.
Ada banyak hal yang dibahas di Feasibility study, contohnya masalah teknis, ekonomi, calon konsumen bahkan struktur organisasi yang dibutuhkan proyek pun dibahas. Tentu saja dilakukan oleh mereka yang sangat ahli di bidangnya.
Lalu, apakah Feasibility study itu akurat dan selalu benar ?
Tentu saja jawabannya, Tidak.
Feasibility Study itu seperti tujuannya, data tambahan yang digunakan untuk memprediksi apakah suatu proyek akan berhasil atau gagal. Bahkan, Feasibility study hanya menawarkan keakuran data berkisar 10-20% saja.
Sekarang, ayo kita bahas Feasibility study JICA yang udah bisa dibaca di google. Kita pakai yang final tahun 2015 ya. Kamu bisa baca disini untuk baca langsung Feasibility Study nya >>> Baca.
[Foto]
Pertama, kenapa Indonesia butuh High-speed railway ?
Feasibility study mengatakan bahwa kenaikan populasi, kenaikan jumlah mobil, pertumbuhan infrasutuktur transportasi umum yang lambat, dan populasi besar di kota besar akan menyebabkan masalah-masalah seperti kemacetan, waktu yang terbuang, penggunakan energi berlebihan, dll.
Pembangunan High-speed railway akan membuat Masyarakat memilih transportasi umum dibandingkan dengan mobil, menghemat energi, mengurangi kemacetan dan menaikkan ekonomi.
Simpel, padat dan jelas.
Kedua, isi study nya.
Feasibility study ini lengkap banget. Membahas tentang integrasi High-speed railway dengan proyek pembangunan di Indonesia, kondisi jumlah penumpang saat ini, prediksi harga bahan baku dan biaya pekerja, pajak dan masih banyak lagi.
Ketiga, Hasil study.
Yang paling menarik dari Feasibility study ini adalah hasil study tentang High-speed railway itu sendiri. Sebagai contoh, JICA merekomendasikan stasiun High-speed railway ada di dukuh atas, bukan halim. Faktanya, Halim dapat skor paling rendah sebagai alternatif untuk stasiun di Jakarta.
Dan kira-kira ini adalah jalur nya.
[Foto]
Jujur, pertama kali baca Feasibility study ini dan cukup puas dengan kesimpulan yang dibangun.
Awalnya, bagi saya pendapat tweet pertama lebih masuk akal. Tentu saja, tidak ada data yang bisa mendukung opini ini. Namun, Feasibility study ini cukup menjanjikan dan memberikan banyak alasan logis kenapa Indonesia butuh kereta cepat.
Jadi wajar saja, kalau pemerintah ngebet banget punya High-speed railway.
Tapi, setelah melihat proses pembangunan-nya sampai saat ini,
Apakah kita memang perlu kereta cepat ?
Post a Comment