Tokyo – Jakarta dengan Scoot Airlines (update Mei 2023) – Part 2: Transit di Changi

 Setelah menghabiskan waktu sekitar 7 jam 30 menit didalam pesawat, akhirnya sampai juga di terminal 2 Changi airport. Sejauh ini, perjalanan diudara cukup nyaman walaupun ada sedikit turbulensi. Terdapat beberapa toilet didalam pesawat namun hanya 1 toilet yang memiliki diaper changing station. Teman-teman pun bisa membeli makanan on the spot jika belum memesan sebelum keberangkatan.




Hal yang sangat saya apresiasi adalah makanan yang tersedia di penerbangan ini. Walaupun saya memutuskan tidak membeli paket makanannya, namun hampir semua paket makanan nya berstatus halal sehingga sangat memudahkan penumpang muslim yang ingin membeli makanan. Satu-satunya hal yang sangat disayangkan adalah proses landing yang menurut saya pribadi cukup keras sehingga membuat anak saya terkejut.


Sesampainya di Changi, saya dan keluarga langsung memindai bandara. Kami ingin tahu fasilitas yang tersedia di terminal 2 dan terminal lainnya. Tentu saja, hal yang paling penting bagi orang tua dengan bayi adalah nursery room atau baby room.


Walaupun mempunyai layout yang cukup berbeda dengan nursery room di jepang, nursery room di changi airport memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Terdapat diaper changing station, air panas, westafel dan keran air, serta breastfeeding room. Hal yang paling membuat saya kagum dengan Changi airport juga adalah jumlah dari baby room yang sangat banyak dan hampir ada di setiap sudut bandara. Sangat family friendly.


Kami masih punya waktu sekitar 19 jam lagi untuk menunggu penerbangan selanjutnya. Karena sudah masuk waktu dzuhur di singapura, saya dan istri memutuskan untuk shalat terlebih dahulu di musholla terdekat.


Hal kedua yang sangat saya apresiasi tentang changi airport adalah tersedianya prayer room di banyak tempat. Bukan hanya disediakan, namun desain dari prayer room ini juga mempertimbangkan bahwa para pelancong muslim butuh ber-wudhu sehingga disedian sebuah bilik khusus untuk mengambil air wudhu. Di terminal 2, jangan lupa untuk mengambil air wudhu di toilet karena didalam musholla tidak ada fasilitas mengambil air wudhu. Sekarang waktu menunjukkan pukul 4 sore. Saatnya pergi ke tengah kota untuk melihat bagaimana negara singapura yang terkenal itu.


Sebelum keluar dari bandara, kita harus melewati imigrasi terlebih dahulu. Jangan lupa untuk mengisi SG arrival card & health declaration. Bisa diisi secara online ataupun offline. Karena saya adalah penduduk dari negara ASEAN, maka saya bebas visa untuk mengunjungi singapura maksimal 30 hari. Saya hanya mengantri, memperlihatkan wajah, meletakkan jari di mesin sidik jari dan “Welcome to Singapore” ucap petugas imigrasinya.


Untuk dapat pergi ke tengah kota, ada banyak cara yang dapat digunakan. Namun, salah satu cara yang paling cepat dan murah adalah menggunakan MRT. Jika teman-teman ingin berkeliling seharian menggunakan MRT, teman-teman bisa membeli tourist pass seharga 12 SGD perhari di MRT tourist center. Jika teman-teman hanya ingin pergi ke beberapa tempat saja, saya sarankan untuk membeli EZ-Link card di loket MRT. Jangan salah mengantri, karena MRT tourist center tidak menjual EZ-Link card sehingga setelah mengantri lama, teman-teman mungkin baru sadar kalau harus pergi ke loket yang lain.


Untuk pembelian pertama kali, uang yang harus dibayarkan adalah 10 SGD. 5 SGD untuk biaya EZ-Link Cardnya dan 5 SGD lainnya untuk depositnya. Cara menggunakan nya juga sangat mudah, mirip dengan e-money di KRL indonesia ataupun Suica di kereta Jepang.


Saya dan Istri memutuskan untuk pergi ke bugis karena cukup terkenal untuk mencari makanan dan oleh-oleh dari singapura. Jalur yang digunakan pun sangat mudah, teman-teman hanya perlu mengambil kereta dari changi airport station ke tanah merah station, kemudian transit dan mengambil kereta ke arah bugis station.


Hal yang saya notice pertama kali saat menggunakan MRT nya adalah layout yang berbeda dari standar kereta di jepang. Tempat duduk nya tidak empuk, banyak space berdiri dan gambar animasi yang imut banyak menghiasi interior kereta ini. Sangat jauh dari kesan kereta di jepang ataupun di Indonesia.


Lalu, saya juga sadar bahwa singapore cukup friendly untuk para orang tua menggunakan stroller. Hal ini dikarenakan sidewalk jalanan di singapura cukup rapih sehingga memudahkan saya untuk menggunakan stroller saat berkeliling di singapura.


Dan yang terakhir adalah cuacanya mirip di Indonesia. Panas, lengket, berkeringat adalah kesan yang cukup membekas di ingatan karena di Jepang saat ini cuacanya masih ada sisa-sisa musim semi. Masih sejuk walaupun kadang panas juga.


Lokasi pertama yang istri saya ingin kunjungi adalah masjid sultan. Iya, salah satu masjid tertua di singapura ini memang selalu memberikan vibe yang teduh saat dikunjungi. Adanya lantunan ayah alquran yang diputar diluar masjid pun memberikan rasa nyaman saat berada di sekitar Masjid sultan. Disekitar masjid sultan juga banyak makanan halal yang bisa teman-teman cicipi. Saya dan istri sayangnya belum sempat mencicipi restoran di sekitar sini, namun kami menyempatkan untuk membeli teh tarik dari local cafe. Rasanya original banget.


Saya dan istri juga berkunjung ke bugis street. Banyak sekali hawker dan penjual oleh-oleh yang dapat dikunjungi. Namun perlu diingat, tidak semua hawker atau street food di singapura itu halal. Pastikan teman-teman bertanya langsung kepada pemilik toko atau melihat sertifikasi halal yang tersedia. Setelah berkeliling dan mencari makanan lokal yang ingin dimakan, saya malah excited dengan Jollibee yang ternyata sudah halal di singapura.


Buat teman-teman yang belum tahu, Jollibee adalah fast food yang berasal dari filiipina dan sudah ada di berbagai negara di dunia, salah satunya di amerika. Review nya cukup positif dan saat saya dulu pergi ke manila, teman-teman saya juga selalu merekomendasikan Jollibee dibandingkan restoran fast-food lainnya. Sayangnya Jollibee manila itu tidak halal sehingga saya selalu mengurungkan niat untuk mencicipi makanan dari restoran satu ini. Siapa sangka, di singapura ternyata Jollibee halal sehingga saya bisa mencicipinya. Rasanya enak, lebih dari ekspektasi yang saya punya. Sekarang saya tahu kenapa warga filipina sangat bangga dengan Jollibee. Good Job untuk Jollibee.


Waktu sudah menunujukkan jam 19.30. walaupun sebenarnya masih ada 12 jam lagi sebelum penerbangan selanjutnya, kami memutuskan kembali ke bandara. Perlu diingat bahwa changi airport itu aktif 24 jam. Oleh karena itu, teman-teman bisa menginap didalam bandara jika mau. Teman-teman bisa menyewa hotel bandara, tidur di snooze lounge, atau membawa perlengkapan tidur sendiri dan tidur di wilayah kosong di bandara. Namun, jika teman-teman bepergian bersama bayi, saya sangat menyarankan untuk menyewa hotel agar istri dan anak teman-teman bisa beristirahat dengan tenang. Jika ada budget, booking hotel transit, jika budget cukup ketat, pilih hotel murah yang dapat diakses dengan mudah ke bandara.


Transit 20 jam di changi cukup menyenangkan namun disisi lain sangat melelahkan. Jadi, pertimbangkan matang-matang sebelum teman-teman memutuskan untuk transit overnight di changi airport.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>Menuju Part 3


Post a Comment

Previous Post Next Post