Setelah menghabiskan waktu sekitar 7 jam 30 menit didalam pesawat, akhirnya sampai juga di terminal 2 Changi airport. Sejauh ini, perjalanan diudara cukup nyaman walaupun ada sedikit turbulensi. Terdapat beberapa toilet didalam pesawat namun hanya 1 toilet yang memiliki diaper changing station. Teman-teman pun bisa membeli makanan on the spot jika belum memesan sebelum keberangkatan.
Hal yang sangat saya apresiasi adalah makanan
yang tersedia di penerbangan ini. Walaupun saya memutuskan tidak membeli paket
makanannya, namun hampir semua paket makanan nya berstatus halal sehingga sangat
memudahkan penumpang muslim yang ingin membeli makanan. Satu-satunya hal yang
sangat disayangkan adalah proses landing yang menurut saya pribadi cukup
keras sehingga membuat anak saya terkejut.
Sesampainya di Changi, saya dan keluarga
langsung memindai bandara. Kami ingin tahu fasilitas yang tersedia di terminal
2 dan terminal lainnya. Tentu saja, hal yang paling penting bagi orang tua dengan
bayi adalah nursery room atau baby room.
Walaupun mempunyai layout yang cukup
berbeda dengan nursery room di jepang, nursery room di changi
airport memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Terdapat diaper changing
station, air panas, westafel dan keran air, serta breastfeeding room.
Hal yang paling membuat saya kagum dengan Changi airport juga adalah jumlah
dari baby room yang sangat banyak dan hampir ada di setiap sudut bandara. Sangat
family friendly.
Kami masih punya waktu sekitar 19 jam lagi
untuk menunggu penerbangan selanjutnya. Karena sudah masuk waktu dzuhur di
singapura, saya dan istri memutuskan untuk shalat terlebih dahulu di musholla
terdekat.
Hal kedua yang sangat saya apresiasi tentang
changi airport adalah tersedianya prayer room di banyak tempat. Bukan hanya
disediakan, namun desain dari prayer room ini juga mempertimbangkan bahwa para
pelancong muslim butuh ber-wudhu sehingga disedian sebuah bilik khusus untuk
mengambil air wudhu. Di terminal 2, jangan lupa untuk mengambil air wudhu di
toilet karena didalam musholla tidak ada fasilitas mengambil air wudhu. Sekarang
waktu menunjukkan pukul 4 sore. Saatnya pergi ke tengah kota untuk melihat
bagaimana negara singapura yang terkenal itu.
Sebelum keluar dari bandara, kita harus melewati imigrasi terlebih dahulu. Jangan lupa untuk mengisi SG arrival card & health declaration. Bisa diisi secara online ataupun offline. Karena saya adalah penduduk dari negara ASEAN, maka saya bebas visa untuk mengunjungi singapura maksimal 30 hari. Saya hanya mengantri, memperlihatkan wajah, meletakkan jari di mesin sidik jari dan “Welcome to Singapore” ucap petugas imigrasinya.
Untuk dapat pergi ke tengah kota, ada banyak
cara yang dapat digunakan. Namun, salah satu cara yang paling cepat dan murah
adalah menggunakan MRT. Jika teman-teman ingin berkeliling seharian menggunakan
MRT, teman-teman bisa membeli tourist pass seharga 12 SGD perhari di MRT
tourist center. Jika teman-teman hanya ingin pergi ke beberapa tempat saja,
saya sarankan untuk membeli EZ-Link card di loket MRT. Jangan salah mengantri,
karena MRT tourist center tidak menjual EZ-Link card sehingga setelah mengantri
lama, teman-teman mungkin baru sadar kalau harus pergi ke loket yang lain.
Untuk pembelian pertama kali, uang yang harus
dibayarkan adalah 10 SGD. 5 SGD untuk biaya EZ-Link Cardnya dan 5 SGD lainnya
untuk depositnya. Cara menggunakan nya juga sangat mudah, mirip dengan e-money
di KRL indonesia ataupun Suica di kereta Jepang.
Saya dan Istri memutuskan untuk pergi ke bugis
karena cukup terkenal untuk mencari makanan dan oleh-oleh dari singapura. Jalur
yang digunakan pun sangat mudah, teman-teman hanya perlu mengambil kereta dari
changi airport station ke tanah merah station, kemudian transit dan mengambil
kereta ke arah bugis station.
Hal yang saya notice pertama kali saat menggunakan
MRT nya adalah layout yang berbeda dari standar kereta di jepang. Tempat duduk nya
tidak empuk, banyak space berdiri dan gambar animasi yang imut banyak menghiasi
interior kereta ini. Sangat jauh dari kesan kereta di jepang ataupun di
Indonesia.
Lalu, saya juga sadar bahwa singapore cukup
friendly untuk para orang tua menggunakan stroller. Hal ini dikarenakan
sidewalk jalanan di singapura cukup rapih sehingga memudahkan saya untuk
menggunakan stroller saat berkeliling di singapura.
Dan yang terakhir adalah cuacanya mirip di
Indonesia. Panas, lengket, berkeringat adalah kesan yang cukup membekas di
ingatan karena di Jepang saat ini cuacanya masih ada sisa-sisa musim semi.
Masih sejuk walaupun kadang panas juga.
Lokasi pertama yang istri saya ingin kunjungi
adalah masjid sultan. Iya, salah satu masjid tertua di singapura ini memang
selalu memberikan vibe yang teduh saat dikunjungi. Adanya lantunan ayah
alquran yang diputar diluar masjid pun memberikan rasa nyaman saat berada di
sekitar Masjid sultan. Disekitar masjid sultan juga banyak makanan halal yang
bisa teman-teman cicipi. Saya dan istri sayangnya belum sempat mencicipi
restoran di sekitar sini, namun kami menyempatkan untuk membeli teh tarik dari local
cafe. Rasanya original banget.
Saya dan istri juga berkunjung ke bugis
street. Banyak sekali hawker dan penjual oleh-oleh yang dapat dikunjungi. Namun
perlu diingat, tidak semua hawker atau street food di singapura itu halal.
Pastikan teman-teman bertanya langsung kepada pemilik toko atau melihat
sertifikasi halal yang tersedia. Setelah berkeliling dan mencari makanan lokal
yang ingin dimakan, saya malah excited dengan Jollibee yang ternyata
sudah halal di singapura.
Buat teman-teman yang belum tahu, Jollibee
adalah fast food yang berasal dari filiipina dan sudah ada di berbagai negara
di dunia, salah satunya di amerika. Review nya cukup positif dan saat saya dulu
pergi ke manila, teman-teman saya juga selalu merekomendasikan Jollibee dibandingkan
restoran fast-food lainnya. Sayangnya Jollibee manila itu tidak halal sehingga
saya selalu mengurungkan niat untuk mencicipi makanan dari restoran satu ini. Siapa
sangka, di singapura ternyata Jollibee halal sehingga saya bisa mencicipinya. Rasanya
enak, lebih dari ekspektasi yang saya punya. Sekarang saya tahu kenapa warga
filipina sangat bangga dengan Jollibee. Good Job untuk Jollibee.
Waktu sudah menunujukkan jam 19.30. walaupun
sebenarnya masih ada 12 jam lagi sebelum penerbangan selanjutnya, kami
memutuskan kembali ke bandara. Perlu diingat bahwa changi airport itu aktif 24
jam. Oleh karena itu, teman-teman bisa menginap didalam bandara jika mau. Teman-teman
bisa menyewa hotel bandara, tidur di snooze lounge, atau membawa perlengkapan
tidur sendiri dan tidur di wilayah kosong di bandara. Namun, jika teman-teman bepergian
bersama bayi, saya sangat menyarankan untuk menyewa hotel agar istri dan anak
teman-teman bisa beristirahat dengan tenang. Jika ada budget, booking hotel
transit, jika budget cukup ketat, pilih hotel murah yang dapat diakses dengan
mudah ke bandara.
Transit 20 jam di changi cukup menyenangkan
namun disisi lain sangat melelahkan. Jadi, pertimbangkan matang-matang sebelum
teman-teman memutuskan untuk transit overnight di changi airport.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>Menuju Part 3
إرسال تعليق